Shunsaku Sagami, seorang CEO yang baru berusia 32 tahun di M&A Research Institute Holdings, menjadi triliuner teranyar Jepang. Ini berkat lonjakan harga saham perusahaannya yang mencapai 340% sejak melantai (listing) pada Juni 2022.
Perusahaan yang Sagami pimpin sendiri bergerak di bidang pialang merger dan akuisisi (M&A) untuk perusahaan kecil hingga menengah.
Melansir Forbes, dengan lonjakan harga saham M&A Research Institute Holdings hingga 340% tersebut, kepemilikan saham Sagami di perusahaan yang mencapai 73% saat ini bernilai US$1 miliar atau setara dengan Rp14,66 triliun (asumsi kurs Rp14.665/US$). Ini mengacu pada penutupan harga saham perusahaan pada Jumat pekan lalu (28/4) di harga JPY10.090 (US$74,36).
Didirikan pada 2018, perusahaan Sagami menggunakan kecerdasan buatan (AI) untuk menghubungkan calon pembeli dengan perusahaan-perusahaan yang biasanya sulit untuk menemukan suksesor pemimpin karena pemiliknya menua.
Sagami sangat terampil dalam menyelesaikan transaksi M&A dengan cepat, rata-rata hanya membutuhkan waktu lebih dari enam bulan untuk menyelesaikan transaksi, di bawah rata-rata industri yang bisa mencapai setahun.
Pada kuartal IV 2022, perusahaan tersebut menyelesaikan 33 transaksi dengan 426 kesepakatan lainnya masih dalam proses. M&A telah menjadi semakin populer di Jepang. Menurut data Recof, angkanya mencapai rekor tertinggi 4.304 transaksi pada 2022.
Tahun lalu, perusahaan investasi AS KKR memprivatisasi Hitachi Transport System Jepang dalam kesepakatan senilai US$5,2 miliar.
Sebelumnya, kesepakatan yang diselesaikan M&A Research Institute mencakup penjualan perusahaan teknologi informatika (IT) senilai ¥200 juta (pendapatan) tanpa penerus ke perusahaan saingan senilai ¥1,5 miliar (pendapatan) yang mencari ekspansi.
Sagami awalnya bekerja di bidang periklanan, mendirikan perusahaan media fashion bernama Alpaca pada tahun 2015 yang kemudian diakuisisi oleh Vector, sebuah agensi hubungan masyarakat yang tercatat di bursa saham Tokyo, dan direbranding sebagai Smart Media.
Melalui pengalaman pribadinya, Sagami melihat ketidakefisienan dalam proses pembuatan kesepakatan dan membantu perusahaan kecil dan menengah yang kesulitan menemukan suksesor kepemimpinan di masa depan.
Lebih dari 99% dari semua perusahaan di Jepang adalah UKM dan sekitar dua pertiga dari mereka tidak memiliki penerus perusahaan. Sagami ingin membantu menjaga UKM Jepang agar tetap bertahan.
Sebagai informasi, M&A Research Institute melaporkan laba bersih sebesar US$7,1 juta dengan pendapatan sebesar US$15,7 juta untuk kuartal yang berakhir pada Desember 2022.
Pendapatan tahunan perusahaan melonjak hampir 200% secara tahunan (yoy) menjadi US$28,8 juta pada tahun fiskal yang berakhir pada September 2022. Laba tahunan perusahaan pun melonjak hampir empat kali lipat menjadi US$9,8 juta selama periode yang sama.