Kementerian Perdagangan (Kemendag) menyampaikan bahwa ancaman El Nino atau suhu panas dapat memicu kekeringan dan kemarau panjang di beberapa wilayah tentu akan berdampak kepada komoditas pangan, salah satunya produk sawit.
“Tentu dampak dari El Nino yang kita antisipasi itu penurunan produksi, ini juga sudah terinfo dari GAPKI bahwa ada sedikit penurunan,” ujar Kepala Badan Kebijakan Perdata (BKPerdag) Kemendag Kasan Muhri dalam media briefing di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta Pusat, Kamis lalu seperti ditulis Minggu (30/4/2023).
Adapun kelanjutan dari dampak El Nino, kata dia, adalah kepada antisipasi pergerakan harga terutama minyak goreng. Oleh sebab itu, pemerintah telah menetapkan kebijakan, khusus untuk minyak goreng dengan besaran yang telah diputuskan, yaitu baik dari rasio ekspor, maupun insentif untuk produk minyak goreng kemasan.
“Itu juga menjadi bagian kita mengantisipasi untuk kebutuhan di dalam negeri, karena adanya pertimbangan kita juga. Kondisi hak ekspor yang ada saat ini masih cukup untuk teman-teman para produsen atau eksportir melakukan kegiatan ekspornya, dari hak ekspor yang ada saat ini maupun dari yang jumlah deposito akan dicairkan secara bertahap selama 9 bulan,” tutur Kasan.
Untuk itu, Kasan mengatakan bahwa pihaknya akan tetap memonitor pergerakan pasokan, baik dari Kementan, Bapanas, dan juga utamanya Kemendag untuk memastikan pasokan pangan ke depannya.
“Adanya dampak dari El Nino itu tidak mempengaruhi terlalu signifikan kepada kenaikan dari harga pangan yang kita konsumsi,” ujarnya.
Sementara itu, Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas) I Gusti Ketut Astawa mengatakan, ada dua posisi yang telah diatur pemerintah dalam rangka mengantisipasi ancaman El Nino. Posisi hulu dan hilir.
“Pertama, di sisi hulu mereka harus meningkatkan produksi, mengantisipasi dengan berbagai cara dan itu adalah wilayah di teman-teman Kementan dan teman-teman di (kementerian) perindustrian,” ujar Ketut.
Namun di sisi hilir, pihaknya harus melakukan langkah-langkah penguatan stok dan penguatan cadangan pemerintah.
“Artinya begini, dalam UU pangan nomor 18 tahun 2012 tentang pangan jelas menyebutkan bahwa pemerintah harus memiliki cadangan pangan yang kuat, dalam rangka mengantisipasi segala macam,” jelasnya.
“Kalau El Nino dampaknya apa? Bisa gejolak harga, bisa kekurangan pasokan dan sebagainya,” ucap Ketut.
Oleh karenanya, dalam rangka menjaga pasokan dan stabilisasi harga, badan pangan sudah menetapkan cadangan pangan khususnya minyak goreng ini di tahap awal sebanyak kurang lebih 100.000 ton.
“Ini kita perintahkan kepada Bulog dan ID Food untuk menyiapkan cadangan pangan tersebut dan akan digunakan dalam rangka stabilisasi pasokan maupun harga,” tutur Ketut.
Pada tahap awal 100.000 ton, lanjut dia, tahap berikutnya akan ditingkatkan menjadi 200.000 atau 300.000 ton.
“Selanjutnya kita berharap Bulog bisa menjadi D1 bukan D2, sehingga mendapat harga yang wajar pada distribusinya, karena Bulog memiliki jangkauan yang luas, maka Bulog akan lebih bisa melakukan pengendalian harga. Oleh karena itu, kita akan perkuat Bulog dan ID Food dalam rangka distribusi minyak goreng juga, minyak goreng Minyakita, maupun minyak goreng curah,” pungkas dia.